Wednesday, June 05, 2013

20 FAKTA LUCU tentang ROKOK

1. Perokok pasif lebih berbahaya daripada perokok aktif, maka untuk mengurangi resiko tersebut, aktiflah merokok.

2. Menghindarkan diri dari perbuatan jahat karena tidak pernah ditemui orang yang membunuh, mencuri dan berkelahi sambil merokok.

3. Mengurangi resiko kematian: Dalam berita tidak pernah ditemui orang yang meninggal dalam posisi merokok.

4. Berbuat amal kebaikan: Kalau ada orang yang mau pinjam korek api, paling tidak sudah siap dan tidak mengecewakan orang yang ingin meminjam.

5. Baik untuk basa-basi dan keakraban: Kalau ketemu orang misalnya di Halte, kita bisa tawarkan rokok. Kalau basa-basinya tawarkan uang, kan nggak lucu!

6. Memberikan lapangan kerja bagi buruh rokok, dokter, pedagang asongan dan perusahaan obat batuk.
Selengkapnya...

Monday, February 06, 2012

Inspirasi Dari Seorang BJ Habibie

KUNJUNGAN BAPAK BJ HABIBIE
Kantor Manajemen Garuda Indonesia
Garuda City Complex, Bandara Soekarno-Hatta
12 Januari 2012

Pada usianya 74 tahun, mantan Presiden RI, BJ Habibie secara mendadak mengunjungi fasilitas Garuda Indonesia didampingi oleh putra sulung, Ilham Habibie dan keponakannya(?), Adri Subono, juragan Java Musikindo.

Kunjungan beliau dan rombongan disambut oleh President; CEO, Bapak Emirsyah Satar disertai seluruh Direksi dan para VP serta Area Manager yang sedang berada di Jakarta.

Dalam kunjungan ini, diputar video mengenai Garuda Indonesia Experience dan presentasi perjalanan kinerja Garuda Indonesia sejak tahun 2005 hingga tahun 2015 menuju Quantum Leap.

Sebagai "balasan" pak Habibie memutarkan video tentang penerbangan perdana N250 di landasan bandara Husein Sastranegara, IPTN Bandung tahun 1995 (tujuh belas tahun yang lalu!).

Entah, apa pasalnya dengan memutar video ini?

Video N250 bernama Gatotkaca terlihat roll-out kemudian tinggal landas secara mulus diescort oleh satu pesawat latih dan sebuah pesawat N235. Pesawat N250 jenis Turboprop dan teknologi glass cockpit dengan
kapasitas 50 penumpang terus mengudara di angkasa Bandung.

Dalam video tsb, tampak para hadirin yang menyaksikan di pelataran parkir, antara lain Presiden RI Bapak Soeharto dan ibu, Wapres RI bapak Soedarmono, para Menteri dan para pejabat teras Indonesia serta para
teknisi IPTN. Semua bertepuk tangan dan mengumbar senyum kebanggaan atas keberhasilan kinerja N250. Bapak Presiden kemudian berbincang melalui radio komunikasi dengan pilot N250 yang di udara, terlihat pak Habibie mencoba mendekatkan telinganya di headset yang dipergunakan oleh Presiden Soeharto karena ingin ikut mendengar dengan pilot N250.

N250 sang Gatotkaca kembali pangkalan setelah melakukan pendaratan mulus di landasan..................

Di hadapan kami, BJ Habibie yang berusia 74 tahun menyampaikan cerita yang lebih kurang sbb:

"Dik, anda tahu..............saya ini lulus SMA tahun 1954!" beliau membuka pembicaraan dengan gayanya yang khas penuh semangat dan memanggil semua hadirin dengan kata "Dik" kemudian secara lancar beliau
melanjutkan................."Presiden Soekarno, Bapak Proklamator RI, orator paling unggul, .......itu sebenarnya memiliki visi yang luar biasa cemerlang! Ia adalah Penyambung Lidah Rakyat! Ia tahu persis sebagai Insinyur.........Indonesia dengan geografis ribuan pulau, memerlukan penguasaan Teknologi yang berwawasan nasional yakni Teknologi Maritim dan Teknologi Dirgantara. Kala itu, tak ada ITB dan tak ada UI. Para pelajar SMA unggulan berbondong-bondong disekolahkan oleh Presiden Soekarno ke luar negeri untuk menimba ilmu teknologi Maritim dan teknologi dirgantara. Saya adalah rombongan kedua diantara ratusan
pelajar SMA yang secara khusus dikirim ke berbagai negara. Pendidikan kami di luar negeri itu bukan pendidikan kursus kilat tapi sekolah bertahun-tahun sambil bekerja praktek. Sejak awal saya hanya tertarik
dengan 'how to build commercial aircraft' bagi Indonesia. Jadi sebenarnya Pak Soeharto, Presiden RI kedua hanya melanjutkan saja program itu, beliau juga bukan pencetus ide penerapan 'teknologi' berwawasan nasional di Indonesia. Lantas kita bangun perusahaan-perusahaan strategis, ada PT PAL dan salah satunya adalah IPTN.

Sekarang Dik,............anda semua lihat sendiri..............N250 itu bukan pesawat asal-asalan dibikin! Pesawat itu sudah terbang tanpa mengalami 'Dutch Roll' (istilah penerbangan untuk pesawat yang 'oleng') berlebihan, tenologi pesawat itu sangat canggih dan dipersiapkan untuk 30 tahun kedepan, diperlukan waktu 5 tahun untuk melengkapi desain awal, satu-satunya pesawat turboprop di dunia yang mempergunakan teknologi
'Fly by Wire' bahkan sampai hari ini. Rakyat dan negara kita ini membutuhkan itu! Pesawat itu sudah terbang 900 jam (saya lupa persisnya 900 atau 1900 jam) dan selangkah lagi masuk program sertifikasi FAA. IPTN membangun khusus pabrik pesawat N250 di Amerika dan Eropa untuk pasar negara-negara itu. Namun, orang Indonesia selalu saja gemar bersikap sinis dan mengejek diri sendiri 'apa mungkin orang Indonesia
bikin pesawat terbang?'

Tiba-tiba, Presiden memutuskan agar IPTN ditutup dan begitu pula dengan industri strategis lainnya.


Dik tahu................di dunia ini hanya 3 negara yang menutup industri strategisnya, satu Jerman karena trauma dengan Nazi, lalu Cina (?) dan Indonesia.............

Sekarang, semua tenaga ahli teknologi Indonesia terpaksa diusir dari negeri sendiri dan mereka bertebaran di berbagai negara, khususnya pabrik pesawat di Brazil, Canada, Amerika dan Eropa................

Hati siapa yang tidak sakit menyaksikan itu semua.....................? Saya bilang ke Presiden, kasih saya uang 500 juta Dollar dan N250 akan menjadi pesawat yang terhebat yang mengalahkan ATR, Bombardier, Dornier, Embraer dll dan kita tak perlu tergantung dengan negara manapun.


Tapi keputusan telah diambil dan para karyawan IPTN yang berjumlah 16 ribu harus mengais rejeki di negeri orang dan gilanya lagi kita yang beli pesawat negara mereka!"

Pak Habibie menghela nafas.......................

Ini pandangan saya mengenai cerita pak Habibie di atas;

Sekitar tahun 1995, saya ditugaskan oleh Manager Operasi (JKTOF) kala itu, Capt. Susatyawanto untuk masuk sebagai salah satu anggota tim Airline Working Group di IPTN dalam kaitan produksi pesawat jet sekelas B737 yang dikenal sebagai N2130 (kapasitas 130 penumpang). Saya bersyukur, akhirnya ditunjuk sebagai Co-Chairman Preliminary Flight Deck Design N2130 yang langsung bekerja dibawah kepala proyek N2130 adalah Ilham Habibie. Kala itu N250 sedang uji coba terus-menerus oleh penerbang test pilot (almarhum) Erwin. Saya turut mendesain rancang-bangun kokpit N2130 yang serba canggih berdasarkan pengetahuan teknis saat menerbangkan McDonnel Douglas MD11. Kokpit N2130 akan menjadi mirip MD11 dan merupakan kokpit pesawat pertama di dunia yang mempergunakan LCD pada panel instrumen (bukan CRT sebagaimana kita lihat sekarang yang ada di pesawat B737NG). Sebagian besar fungsi
tampilan layar di kokpit juga mempergunakan "track ball atau touch pad" sebagaimana kita lihat di laptop. N2130 juga merupakan pesawat jet single aisle dengan head room yang sangat besar yang memungkinkan
penumpang memasuki tempat duduk tanpa perlu membungkukkan badan. Selain high speed sub-sonic, N2130 juga sangat efisien bahan bakar karena mempergunakan winglet, jauh sebelum winglet dipergunakan di beberapa pesawat generasi masa kini.

Saya juga pernah menguji coba simulator N250 yang masih prototipe pertama................. N2130 narrow body jet engine dan N250 twin turboprop, keduanya sangat handal dan canggih kala itu.........bahkan hingga kini.


Lamunan saya ini, berkecamuk di dalam kepala manakala pak Habibie bercerita soal N250, saya memiliki kekecewaan yang yang sama dengan beliau, seandainya N2130 benar-benar lahir.............kita tak perlu
susah-susah membeli B737 atau Airbus 320.

Pak Habibie melanjutkan pembicaraannya....................

"Hal yang sama terjadi pada prototipe pesawat jet twin engines narrow body, itu saya tunjuk Ilham sebagai Kepala Proyek N2130. Ia bukan karena anak Habibie, tapi Ilham ini memang sekolah khusus mengenai
manufakturing pesawat terbang, kalau saya sebenarnya hanya ahli dalam bidang metalurgi pesawat terbang. Kalau saja N2130 diteruskan, kita semua tak perlu tergantung dari Boeing dan Airbus untuk membangun
jembatan udara di Indonesia".

"Dik, dalam industri apapun kuncinya itu hanya satu QCD, - Q itu Quality, Dik, anda harus buat segala sesuatunya berkualitas tinggi dan konsisten - C itu Cost, Dik, tekan harga serendah mungkin agar mampu bersaing dengan produsen sejenis - D itu Delivery, biasakan semua produksi dan outcome berkualitas tinggi dengan biaya paling efisien dan disampaikan tepat waktu!Itu saja!"

Pak Habibie melanjutkan penjelasan tentang QCD sbb:
"Kalau saya upamakan, Q itu nilainya 1, C nilainya juga 1 lantas D nilainya 1 pula, jika dijumlah maka menjadi 3. Tapi cara kerja QCD tidak begitu Dik.............organisasi itu bekerja saling sinergi sehingga yang namanya QCD itu bisa menjadi 300 atau 3000 atau bahkan 30.000 sangat tergantung bagaimana anda semua mengerjakannya, bekerjanya harus pakai hati Dik.................."

Tiba-tiba, pak Habibie seperti merenung sejenak mengingat-ingat sesuatu ...........................

"Dik, ..........saya ini memulai segala sesuatunya dari bawah, sampai saya ditunjuk menjadi Wakil Dirut perusahaan terkemuka di Jerman dan akhirnya menjadi Presiden RI, itu semua bukan kejadian tiba-tiba. Selama 48 tahun saya tidak pernah dipisahkan dengan Ainun, ...........ibu Ainun istri saya. Ia ikuti kemana saja saya pergi dengan penuh kasih sayang dan rasa sabar. Dik, kalian barangkali sudah biasa hidup terpisah dengan istri, you pergi dinas dan istri di rumah, tapi tidak dengan saya. Gini ya............saya mau kasih informasi........... Saya ini baru tahu bahwa ibu Ainun mengidap kanker hanya 3 hari sebelumnya, tak pernah ada tanda-tanda dan tak pernah ada keluhan keluar dari ibu........................"

Pak Habibie menghela nafas panjang dan tampak sekali ia sangat emosional serta mengalami luka hati yang mendalam.............................seisi ruangan hening dan turut serta larut dalam emosi kepedihan pak Habibie, apalagi aku tanpa terasa air mata mulai menggenang.


Dengan suara bergetar dan setengah terisak pak Habibie melanjutkan........................

"Dik, kalian tau.................2 minggu setelah ditinggalkan ibu............suatu hari, saya pakai piyama tanpa alas kaki dan berjalan mondar-mandir di ruang keluarga sendirian sambil memanggil-manggil nama ibu.........Ainun......... Ainun ................. Ainun  ..............saya mencari ibu di semua sudut rumah.

Para dokter yang melihat perkembangan saya sepeninggal ibu berpendapat 'Habibie bisa mati dalam waktu 3 bulan jika terus begini..............' mereka bilang 'Kita (para dokter) harus tolong Habibie'.

Para Dokter dari Jerman dan Indonesia berkumpul lalu saya diberinya 3 pilihan;

1. Pertama, saya harus dirawat, diberi obat khusus sampai saya dapat mandiri meneruskan hidup. Artinya saya ini gila dan harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa!

2. Opsi kedua, para dokter akan mengunjungi saya di rumah, saya harus berkonsultasi terus-menerus dengan mereka dan saya harus mengkonsumsi obat khusus. Sama saja, artinya saya sudah gila dan harus diawasi terus...............
3. Opsi ketiga, saya disuruh mereka untuk menuliskan apa saja mengenai Ainun, anggaplah saya bercerita
dengan Ainun seolah ibu masih hidup.

Saya pilih opsi yang ketiga............................"

Tiba-tiba, pak Habibie seperti teringat sesuatu (kita yang biasa mendengarkan beliau juga pasti maklum bahwa gaya bicara pak Habibie seperti meloncat kesana-kemari dan kadang terputus karena proses berpikir beliau sepertinya lebih cepat dibandingkan kecepatan berbicara dalam menyampaikan sesuatu) ...................... ia melanjutkan pembicaraannya;

"Dik, hari ini persis 600 hari saya ditinggal Ainun..............dan hari ini persis 597 hari Garuda Indonesia menjemput dan memulangkan ibu Ainun dari Jerman ke tanah air Indonesia.............

Saya tidak mau menyampaikan ucapan terima kasih melalui surat............. saya menunggu hari baik, berminggu-minggu dan berbulan-bulan untuk mencari momen yang tepat guna menyampaikan isi hati
saya. Hari ini didampingi anak saya Ilham dan keponakan saya, Adri maka saya, Habibie atas nama seluruh keluarga besar Habibie mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya, kalian, Garuda Indonesia telah
mengirimkan sebuah Boeing B747-400 untuk menjemput kami di Jerman dan memulangkan ibu Ainun ke tanah air bahkan memakamkannya di Taman Makam Pahlawan. Sungguh suatu kehormatan besar bagi kami
sekeluarga. Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih atas bantuan Garuda Indonesia"

Seluruh hadirin terhenyak dan saya tak kuasa lagi membendung air mata..............................

Setelah jeda beberapa waktu, pak Habibie melanjutkan pembicaraannya;


"Dik, sebegitu banyak ungkapan isi hati kepada Ainun, lalu beberapa kerabat menyarankan agar semua tulisan saya dibukukan saja, dan saya menyetujui.....................

Buku itu sebenarnya bercerita tentang jalinan kasih antara dua anak manusia. Tak ada unsur kesukuan, agama, atau ras tertentu. Isi buku ini sangat universal, dengan muatan budaya nasional Indonesia. Sekarang buku
ini atas permintaan banyak orang telah diterjemahkan ke beberapa bahasa, antara lain Inggris, Arab, Jepang..... (saya lupa persisnya, namun pak Habibie menyebut 4 atau 5 bahasa asing).Sayangnya buku ini hanya dijual di satu toko buku (pak Habibie menyebut nama satu toko buku besar), sudah dicetak 75.000 eksemplar dan langsung habis. Banyak orang yang ingin membaca buku ini tapi tak tahu dimana belinya. Beberapa orang di daerah di luar kota besar di Indonesia juga mengeluhkan dimana bisa beli buku ini di kota mereka.

Dik, asal you tahu............semua uang hasil penjualan buku ini tak satu rupiahpun untuk memperkaya Habibie atau keluarga Habibie. Semua uang hasil penjualan buku ini dimasukkan ke rekening Yayasan yang dibentuk oleh saya dan ibu Ainun untuk menyantuni orang cacat, salah satunya adalah para penyandang tuna netra. Kasihan mereka ini sesungguhnya bisa bekerja dengan nyaman jika bisa melihat.


Saya berikan diskon 30% bagi pembeli buku yang jumlah besar bahkan saya tambahkan lagi diskon 10% bagi mereka karena saya tahu, mereka membeli banyak buku pasti untuk dijual kembali ke yang lain.

Sekali lagi, buku ini kisah kasih universal anak manusia dari sejak tidak punya apa-apa sampai menjadi Presiden Republik Indonesia dan Ibu Negara. Isinya sangat inspiratif..................."


(pada kesempatan ini pak Habibie meminta sesuatu dari Garuda Indonesia namun tidak saya tuliskan di sini mengingat hal ini masalah kedinasan).

Saya menuliskan kembali pertemuan pak BJ Habibie dengan jajaran Garuda Indonesia karena banyak kisah inspiratif dari obrolan tersebut yang barangkali berguna bagi siapapun yang tidak sempat menghadiri pertemuan tsb. Sekaligus mohon maaf jika ada kekurangan penulisan disana-sini karena tulisan ini disusun berdasarkan ingatan tanpa catatan maupun rekaman apapun.

Jakarta, 12 Januari 2012

Salam,

Capt. Novianto Herupratomo
Selengkapnya...

Friday, January 13, 2012

Warsito P. Taruno, Ilmuwan Pencipta Alat Pembasmi Kanker Payudara dan Otak Butuh Waktu Sembuh dalam Hitungan Bulan

Sumber berita:

FEATURES
Jum'at, 30 Desember 2011 , 08:08:00
Warsito P. Taruno, Ilmuwan Pencipta Alat Pembasmi Kanker Payudara dan Otak
Butuh Waktu Sembuh dalam Hitungan Bulan


Awalnya, karir Dr Warsito P. Taruno sebagai peneliti dibangun di Jepang. Di Negeri Matahari Terbit itu, reputasinya sebagai peneliti cukup diperhitungkan. Dari tangan dinginnya, tercipta sebuah alat pembasmi kanker otak dan kanker payudara.

TAK sedikit peneliti Indonesia yang lebih suka berkarir dan bekerja di luar negeri ketimbang di dalam negeri. Sebab, di luar negeri lebih menjanjikan. Tapi, itu tak berlaku bagi Warsito P. Taruno.

Semula, Warsito merupakan salah seorang peneliti Indonesia yang berkarir di Shizuoka University, Jepang. Di kampus tersebut, pria 54 tahun itu juga menjadi salah seorang dosen. Selama berada di Jepang, hidup Warsito lebih dari cukup. Apalagi, pemerintah di sana sangat memperhatikan dan menghargai para peneliti.

Tapi, itu semua tak menghalangi tekad Warsito untuk pulang kampung. Dia lantas merintis pendirian Ctech Labs (Center for Tomography Research Laboratory) Edwar Technology yang bergerak di bidang teknologi penemuan.

Lama-kelamaan, lembaga tersebut berkembang pesat, meski berkantor di ruko di kawasan perumahan Modernland, Tangerang. Sejumlah sistem dan alat berhasil diciptakan Warsito dan kini menjadi incaran dunia internasional."Saya ingin pulang ke Indonesia dan melakukan riset sendiri," jelas Warsito ketika ditemui di kantornya, Ctech Labs Edwar Technology, kemarin (29/12).

Kini Warsito dan timnya tengah mengembangkan alat pembasmi kanker otak dan kanker payudara. Alat tersebut berupa teknologi pemindai atau tomografi kapasitansi listrik berbasis medan listrik statis (electrical capacitance volume tomography/ECVT).

Dengan alat tersebut, Warsito yang asli Karanganyar itu menciptakan empat perangkat pembasmi kanker payudara dan kanker otak. Perangkat itu terdiri atas brain activity scanner, breast activity scanner, brain cancer electro capacitive therapy, dan breast cancer electro capacitive therapy.

Brain activity scanner dibuat Warsito sejak Juni 2010. Alat tersebut berfungsi mempelajari aktivitas otak manusia secara tiga dimensi. Bentuk alat tersebut mirip helm dengan puluhan lubang connector yang dihubungkan dengan sebuah stasiun data akuisisi yang tersambung dengan sebuah komputer.

Alat itu bisa mendeteksi ada tidaknya sel kanker di otak. "Dengan alat itu, juga bisa dilihat seberapa parah kanker otak yang diderita pasien," jelas Warsito.

Sementara itu, breast activity scanner diciptakan pada September lalu. Sedikit banyak, dua alat itu memiliki kesamaan, yakni mendeteksi adanya sel kanker di tubuh.

Selain dua alat tersebut, Warsito melengkapinya dengan membuat brain cancer electro capacitive therapy dan breast cancer electro capacitive therapy. Dua alat itu berbasis gelombang listrik statis dengan tenaga baterai. Dua alat tersebut terbukti dapat membunuh sel kanker hingga tuntas hanya dalam waktu dua bulan.

Warsito telah membuktikan keampuhan alat ciptaannya kepada kakak perempuannya yang menderita kanker payudara stadium IV. Terdorong oleh kondisi kakaknya, Suwarni, alumnus Jurusan Teknik Kimia Shizuoka University, Jepang, tersebut menciptakan breast cancer electro capacitive therapy yang berbasis listrik statis.

Bentuk alat tersebut dibuat mirip dengan penutup dada yang mengandung aliran listrik statis di bagian dalam. Penutup dada berwarna hitam itu terhubung dengan sebuah baterai yang bisa di-charge. "Sengaja dibuat mirip dengan penutup dada biar mudah digunakan," papar Warsito.

Warsito pun mengenakan alat temuannya itu kepada kakaknya selama sebulan. Penutup dada tersebut harus dipakai selama 24 jam. Pada minggu pertama, terlihat efek samping dari alat itu. Namun, efek tersebut tidak sampai menyiksa seperti proses kemoterapi. Hanya, keringat penderita yang menggunakan alat tersebut berlendir dan sangat bau. Urine dan fesesnya (kotoran) pun berbau lebih busuk. Menurut Warsito, hal tersebut menandakan bahwa sel kankernya tengah dikeluarkan.

"Bau busuk itu berasal dari sel kanker yang sudah mati dan dikeluarkan lewat urine, keringat, dan feses. Tapi, si penderita tidak merasakan sakit, hanya gerah," paparnya.

Temuan Warsito itu ternyata berhasil. Dalam waktu sebulan setelah pemakaian, hasil tes laboratorium menyatakan bahwa kakaknya negatif kanker. Sebulan kemudian, sang kakak dinyatakan bersih dari sel kanker yang hampir merenggut nyawa itu.

Untuk brain cancer electro capacitive therapy, suami Rita Chaerunnisa tersebut mencoba mengenakannya kepada seorang pemuda berusia 21 tahun yang menderita penyakit kanker otak stadium lanjut. Bahan dasar yang digunakan mirip dengan breast cancer electro capacitive therapy. Namun, bentuknya disesuaikan dengan bentuk kepala sehingga menyerupai pelindung kepala.

Serupa dengan metode yang diterapkan kepada sang kakak, Warsito mengenakan alat tersebut kepada pemuda itu selama sebulan pada September lalu. Karena alat itu dipakai di kepala, pasien akan merasakan gerah pada bagian kepala.

Pada tiga hari awal pemakaian alat tersebut, tingkat emosi pasien akan meningkat. Setelah itu, muncul gejala-gejala keringat berlendir hingga feses yang baunya lebih nggak enak.

Warsito menceritakan, awalnya pemuda tersebut mengalami lumpuh total. Dia tidak bisa bangun dari tempat tidur, bahkan tidak mampu menelan makanan. Sel kanker telah menyebar di area pangkal otak penderita itu. Namun, setelah seminggu pemakaian alat tersebut, pemuda itu sudah bisa bangun dari tempat tidur serta menggerakkan tangan dan kaki.

Setelah dua bulan pemakaian, pemuda tersebut sudah dinyatakan sembuh total. "Dua bulan sudah bersih. Sel kankernya sudah hilang," papar dia.

Setelah keberhasilan dua pasien itu, Warsito menerima banyak pesanan. Bahkan, jumlahnya mencapai ratusan. Saat pesanan membeludak, para staf Warsito terpaksa bekerja ekstrakeras hingga larut malam. Sebab, setiap pasien tidak bisa menggunakan alat yang sama. "Alat terapi itu harus dibuat sesuai dengan kondisi pasien sehingga tidak sama antara satu dan yang lain," jelasnya.

Karena masih tergolong riset, harga alat terapi itu tergolong sangat terjangkau, hanya sekitar Rp 1 juta. Saat ini alat pembasmi kanker tersebut telah didaftarkan di Kementerian Kesehatan untuk mendapat izin edar. "Kalau sudah ada izin, bisa segera digunakan oleh masyarakat luas. Harga bisa berubah, tapi pastinya masih terjangkau," ucap dia.

Keberhasilan Warsito tersebut ternyata juga menjadi perhatian dunia internasional. Salah satu di antaranya, The University of King Abdulaziz, Saudi Arabia. Universitas yang berlokasi di kota Jeddah itu sudah memesan breast activity scanner dan brain activity scanner. "Dan satu lagi alat scanner untuk perminyakan yang menggunakan sistem ECVT 128 channel," jelasnya.

Sebuah rumah sakit besar di India pun sudah memesan sejumlah alat terapi kanker payudara ciptaan Warsito. "Ya, baru beberapa hari lalu kami melakukan clinical test di India," imbuh dia.

Sebelum menemukan alat pembasmi kanker payudara dan otak, Warsito sudah dikenal dunia internasional lewat temuannya, yakni sistem ECVT. Sistem ECVT tersebut merupakan tugas akhir Warsito ketika menjadi mahasiswa S-1 di Shizuoka University, Jepang, pada 1991. Berdasar sistem tersebut, Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pun tertarik memakai teknologi pemindai temuan Warsito tersebut.

NASA menggunakannya pada pesawat ulang alik. Teknologi tersebut memungkinkan untuk melihat tembus timbunan material di dinding luar pesawat ulang alik. "Kalau ada timbunan air di bagian luar pesawat, dindingnya bisa terbakar," jelasnya.

Tidak hanya itu. Saat mengajar di Ohio State University pada 2001, dia berhasil mengembangkan tomografi kapasitansi listrik berbasis medan listrik statis. Paper yang menjelaskannya dimuat di jurnal Measurement Science and Technology. Artikel tersebut menjadi paper yang paling banyak diakses di penerbitan online oleh Institute of Physics (London).

Teknologi tersebut dipatenkan di Amerika pada 2003. Saat masih aktif mengajar dan berkutat dengan sejumlah riset di Ohio State University, Amerika Serikat, Warsito malah memilih pulang ke Indonesia pada 2003. Pilihannya untuk kembali ke tanah air tidak direstui pihak institusi tempatnya mengajar waktu itu. Masih banyak kewajiban yang harus dipenuhi Warsito.

Alhasil, dia pun terpaksa bolak-balik Amerika-Indonesia selama kurun waktu 2003?2006. Pada 2005, Warsito mulai mengajar di Jurusan Fisika Medis Universitas Indonesia.

Namun, pada 2006, pihak Ohio State University yang selama ini mendanai riset Warsito menghentikan aliran dananya. Warsito yang kala itu sudah membangun perusahaan di Indonesia terancam bangkrut. Selama dua tahun dia berupaya menutupi semua biaya risetnya dengan berbagai cara. "Habis-habisan pokonya," jelasnya.

Namun, di balik kesulitan finansial yang membelit, Warsito berhasil melakukan sebuah pencapaian. Pada akhir 2007, dia berhasil menciptakan sistem tomografi empat dimensi pertama di dunia. Institusi tempat dirinya bekerja dulu, Ohio State University, langsung tertarik membeli sistem tersebut.

"Tapi, saya maunya mereka membayar 100 persen di muka. Awalnya mereka pikir-pikir. Tapi, setelah saingan mereka Washington State University juga tertarik membeli, mereka langsung oke," jelasnya.

Dari situ kondisi keuangan Warsito membaik. Tanpa bantuan pemerintah, dia mulai bisa menciptakan temuan-temuan yang lain. Di antaranya, temuan yang dinamakan Sona CT Scanner. Alat tersebut adalah scanner berbasis ultrasonik untuk tabung gas bertekanan tinggi. Alat tersebut merupakan pesanan PT Citra Nusa Gemilang, pemasok tabung gas bagi bus Transjakarta.

Berkat sejumlah temuannya, Warsito pernah diganjar beberapa penghargaan. Di antaranya, penghargaan rintisan teknologi industri, Kemenperin; penghargaan inovator teknologi, Kemenristek; hingga penghargaan Achmad Bakrie pada 2009 untuk teknologi.

Ke depan Warsito mengatakan bahwa dirinya ingin memperdalam temuannya. Yakni, alat pendeteksi kanker otak dan payudara. Dia juga akan menciptakan alat terapi untuk segala jenis kanker dengan menggunakan metode gelombang listrik statis. "Fokusnya ke depan ya di tiga itu dulu," imbuhnya. (c5/c11/c4/kum)


Sumber : http://www.jpnn.com/read/2011/12/30/112676/Warsito-P.-Taruno,-Ilmuwan-Pencipta-Alat-Pembasmi-Kanker-Payudara-dan-Otak-
Selengkapnya...

Wednesday, December 21, 2011

Belajar Jujur dari Anak Super

Kejujuran sebuah kata yang sangat sederhana tapi sekarang menjadi barang langka dan sangat mahal harganya. Memang ketika kita merasa senang dan segalanya berjalan lancar, mengamalkan kejujuran secara konsisten tidaklah sulit, tetapi pada saat sebuah nilai kejujuran yang kita pegangberbenturan dengan perasaan, kita mulai tergoncang apakah tetap memegangnya, atau kita biarkan tergilas oleh keadaan. Sebuah kisah kejujuran yang sangat menyentuh hati, dua orang anak kecil menjajakan tisu di pinggir jalan. Membuat kita mesti belajar banyak tentang arti sebuah kejujuran.

Siang ini, tanpa sengaja, saya bertemu dua manusia super. Mereka makhluk-makhluk kecil, kurus, kumal berbasuh keringat. Tepatnya di atas jembatan penyeberangan Setia Budi, dua sosok kecil berumur kira-kira
delapan tahun menjajakan tissue dengan wadah kantong plastik hitam. Saat menyeberang untuk makan siang mereka menawari saya tissue di ujung jembatan, dengan keangkuhan khas penduduk Jakarta saya hanya mengangkat tangan lebar-lebar tanpa tersenyum yang dibalas dengan sopannya oleh mereka dengan ucapan, “Terima kasih Oom!” Saya masih tak menyadari kemuliaan mereka dan cuma mulai membuka sedikit senyum seraya mengangguk ke arah mereka.

Kaki-kaki kecil mereka menjelajah lajur lain di atas jembatan, menyapa seorang laki laki lain dengan tetap berpolah seorang anak kecil yang penuh keceriaan, laki-laki itu pun menolak dengan gaya yang sama dengan saya, lagi-lagi sayup-sayup saya mendengar ucapan terima kasih dari mulut kecil mereka. Kantong hitam tempat stok tissue dagangan mereka tetap teronggok di sudut jembatan tertabrak derai angin Jakarta. Saya melewatinya dengan lirikan kearah dalam kantong itu, dua pertiga terisi tissue putih berbalut plastik transparan.
Setengah jam kemudian saya melewati tempat yang sama dan mendapati mereka tengah mendapatkan pembeli seorang wanita, senyum di wajah mereka terlihat berkembang seolah memecah mendung yang sedang menggayuti langit Jakarta.


“Terima kasih ya mbak … semuanya dua ribu lima ratus rupiah!” tukas mereka, tak lama si wanita merogoh tasnya dan mengeluarkan uang sejumlah sepuluh ribu rupiah. “Maaf, nggak ada kembaliannya … ada uang pas nggak mbak?” mereka menyodorkan kembali uang tersebut. Si wanita menggeleng, lalu dengan sigapnya anak yang bertubuh lebih kecil menghampiri saya yang tengah  mengamati mereka bertiga pada jarak empat meter. “Oom boleh tukar uang nggak, receh sepuluh ribuan?” suaranya mengingatkan kepada anak lelaki saya yang seusia mereka. Sedikit terhenyak saya merogoh saku celana dan hanya menemukan uang sisa kembalian food court sebesar empat ribu rupiah. “Nggak punya!”, tukas saya. Lalu tak lama si wanita berkata “Ambil saja kembaliannya, dik!” sambil berbalik badan dan meneruskan langkahnya ke arah ujung sebelah
timur.


Anak ini terkesiap, ia menyambar uang empat ribuan saya dan menukarnya dengan uang sepuluh ribuan tersebut dan meletakkannya kegenggaman saya yang masih tetap berhenti, lalu ia mengejar wanita tersebut untuk memberikan uang empat ribu rupiah tadi. Si wanita kaget, setengah berteriak ia bilang “Sudah buat kamu saja, nggak apa..apa ambil saja!”, namun mereka berkeras mengembalikan uang tersebut. “Maaf mbak, cuma ada empat ribu, nanti kalau lewat sini lagi saya kembalikan !” Akhirnya uang itu diterima si wanita karena si kecil pergi meninggalkannya. Tinggallah episode saya dan mereka. Uang sepuluh ribu digenggaman saya tentu bukan sepenuhnya milik saya. Mereka menghampiri saya dan berujar “Om, bisa tunggu ya, saya ke bawah dulu untuk tukar uang ke tukang ojek!”

“Eeh … nggak usah … nggak usah … biar aja… nih!” saya kasih uang itu ke si kecil, ia menerimanya, tapi terus berlari ke bawah jembatan menuruni tangga yang cukup curam menuju ke kumpulan tukang ojek. Saya hendak meneruskan langkah tapi dihentikan oleh anak yang satunya, “Nanti dulu Om, biar ditukar dulu … sebentar.”

“Nggak apa apa, itu buat kalian” lanjut saya. “Jangan … jangan oom, itu uang oom sama mbak yang tadi juga” anak itu bersikeras. “Sudah … saya ikhlas, mbak tadi juga pasti ikhlas !”, saya berusaha membargain, namun ia menghalangi saya sejenak dan berlari ke ujung jembatan berteriak memanggil temannya untuk segera cepat.


Secepat kilat juga ia meraih kantong plastik hitamnya dan berlari ke arah saya. “Ini deh om, kalau kelamaan, maaf ..”. Ia memberi saya delapan pack tissue. “Buat apa?”, saya terbengong “Habis teman saya lama sih oom, maaf, tukar pakai tissue aja dulu”. Walau dikembalikan ia tetap menolak.

Saya tatap wajahnya, perasaan bersalah muncul pada rona mukanya. Saya kalah set, ia tetap kukuh menutup rapat tas plastik hitam tissuenya. Beberapa saat saya mematung di sana, sampai si kecil telah kembali
dengan genggaman uang receh sepuluh ribu, dan mengambil tissue dari tangan saya serta memberikan uang empat ribu rupiah. “Terima kasih Om!”..mereka kembali ke ujung jembatan sambil sayup sayup terdengar
percakapan, “Duit mbak tadi gimana ..?” suara kecil yang lain menyahut, “Lu hafal kan orangnya, kali aja ketemu lagi ntar kita kasihin …….”. 


Percakapan itu sayup sayup menghilang, saya terhenyak dan kembali ke kantor dengan seribu perasaan. Tuhan, hari ini saya belajar dari dua manusia super, kekuatan kepribadian mereka menaklukan Jakarta membuat saya trenyuh, mereka berbalut baju lusuh tapi hati dan kemuliaannya sehalus sutra, mereka tahu hak mereka dan hak orang lain, mereka berusaha tak meminta minta dengan berdagang tissue. Dua anak kecil yang bahkan belum balig, memiliki kemuliaan di umur mereka yang begitu belia. Kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana. Apa yang bukan milik kita, pantang untuk kita ambil.

Sumber: milis tetangga... Selengkapnya...

Subscribe Now: google

Add to Google Reader or Homepage